MGMP TGB telah melaksanakan pertemuan rutin ke-4 pada hari Jumat, 8 Desember 2017 di SMKN 6 Malang. Dalam pertemuan ini ada tiga hal yang dibahas, pertama tentang evaluasi pelaksanaan IHT yang telah dilaksanakan tgl 11, 18 dan 25 November 2017, kedua tentang persiapan peningkatan kompetensi dan yang ketiga sosialisasi sistem penjaminan mutu internal (SPMI).
Pada pembahasan evaluasi IHT ada beberapa hal yang dibicarakan, yang pertama waktu pelaksanaan, kedua materi yang diajarkan, ketiga tugas-tugas yang diberikan, keempat narasumber dan kelima pesan dan kesan pelatihan. Waktu menjadi pembahasan pertama bagi peserta, karena ada beberapa peserta yang tidak bisa hadir penuh karena ada urusan kedinasan ataupun kondisi yang tidak memungkinkan. Sebagai kompensasi peserta yang tidak bisa hadir karena kondisi pribadi sudah disiapkan tugas tambahan. Harapannya agar peserta IHT bisa hadir seluruhnya tanpa ada kendala dalam pengaturan waktu dan kemungkinan ada kegiatan yang bersamaan. Kedua tentang materi yang diajarkan. Pada dasarnya materi tidak menjadi kendala berarti bagi peserta, karena baik peserta yang sudah lama mengenal AutoCAD maupun peserta yang baru mengenal AutoCAD bisa mengikuti dengan baik. Khusus bagi peserta yang baru mengenal AutoCAD memang diperlukan kesabaran dan kerelaan untuk sering bertanya tentang perintah-perintah dasar, baik bertanya kepada instruktur maupun kepada rekan yang lain.
Ketiga tentang tugas-tugas yang diberikan. Sebagaimana yang diketahui tugas untuk peserta ada yang diberikan saat IN di kelas dan ada tugas yang diberikan secara ON di tempat kerja atau di rumah. Di forum evaluasi ini ada pendapat dari peserta bahwa ada beberapa tugas yang sulit ketika dikerjakan. Kesulitan yang dialami peserta adalah kesulitan mengatur waktu pengerjaan dan kesulitan dalam teknik menggambar. Kesulitan dalam menata dan membagi waktu dirasakan saat peserta harus bekerja sebagai guru yang memiliki jam mengajar, mengoreksi pekerjaan siswa, membimbing siswa, membuat soal dan lain-lain. Kesulitan ini bisa diatasi dengan mengubah jam istirahat menjadi jam mengerjakan tugas IHT, baik saat istirahat di sekolah maupun saat istirahat di rumah. Untuk kesulitan dalam teknik menggambar, terutama dalam menjalankan perintah-perintah menggambar dengan AutoCAD. Peserta bisa menanyakan tekniknya secara tatap muka langsung pada rekan sejawat satu sekolah maupun secara daring melalui media yang ada, media daring yang sering digunakan diskusi bisa melalui email maupun grup whatsapp.
Keempat tentang narasumber. Meskipun sebagian peserta tidak keberatan dengan instruktur dari rekan sendiri, namun dirasa cara ini masih kurang efektif karena kurang mendisiplinkan peserta. Oleh karena itu ada usulan bahwa IHT kedepan bisa menggunakan instruktur lain yang lebih kredibel baik dari Du/Di maupun dari lembaga diklat yang lain, tentu saja dengan kompensasi biaya yang lebih untuk honor dan transport instruktur tersebut.
Kelima tentang pesan dan kesan pelatihan. Dari keseluruhan pendapat yang ada, IHT yang sudah dijalankan memiliki dampak yang luar biasa. Dari sisi organisasi profesi, kegiatan ini termasuk menjadikan MGMP TGB salah satu dari 5 MGMP teraktif di Kota Malang. Dari sisi peserta kegiatan ini dapat menambah pengetahuan, keterampilan dan juga kredit poin untuk SKP (Sasaran Kinerja Pegawai), mengingat kegiatan ini bersertifikat diklat 30 jam tingkat Provinsi Jatim yang sertifikatnya ditandatangai oleh Kepala Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wilayah Kota Malang dan Batu, dan tentu saja saat pengisian SKP di bulan Desember ini bisa dimasukkan didalamnya.
Setelah membahas tentang evaluasi kegiatan IHT, pertemuan MGMP ini dilanjutkan dengan pembahasan peningkatan kompetensi. Yang dimaksud peningkatan kompetensi disini adalah kegiatan MGMP pasca IHT bisa dilanjutkan dengan kegiatan yang menjadi follow up nya. Hal ini dimaksudkan agar pengetahuan dan keterampilan yang sudah didapatkan dari IHT dapat ditindaklanjuti saat pertemuan rutin MGMP sehingga pengetahuan dan keterampilan itu tidak hilang begitu saja saat guru tersebut tidak memakainya atau saat guru tersebut tidak mengampu mata pelajaran yang dibahas di IHT.
Pembicaraan terakhir dari pertemuan ini tentang sosialisasi sistem penjaminan mutu internal (SPMI) yang beberapa waktu lalu diadakan di beberapa Sekolah di Kota Malang dan dihadiri salah satu peserta MGMP TGB. SPMI digagas oleh Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) sejak tahun 2016. Program ini dilaksanakan dengan memilih beberapa sekolah di tingkat SD, SLTP dan SLTA sebagai sekolah model/sekolah percontohan bagi pengembangan SPMI.
Sekolah model dipilih dari sekolah yang belum memenuhi SNP untuk dibina oleh LPMP agar dapat menerapkan penjaminan mutu pendidikan di sekolah mereka sebagai upaya untuk memenuhi SNP. Pembinaan oleh LPMP dilakukan hingga sekolah telah mampu melaksanakan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model dijadikan sebagai sekolah percontohan bagi sekolah lain yang akan menerapkan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri. Sekolah model memiliki tanggungjawab untuk mengimbaskan praktik baik penerapan penjaminan mutu pendidikan kepada lima sekolah di sekitarnya, sekolah yang diimbaskan ini selanjutnya disebut dengan sekolah imbas.
Kriteria Sekolah Model adalah (1) Sekolah belum memenuhi SNP, (2) Seluruh komponen sekolah bersedia dan berkomitmen untuk mengikuti seluruh rangkaian pelaksanaan pengembangan sekolah model, dan (3) Adanya dukungan dari pemerintah daerah.
Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di sekolah harus dilakukan oleh seluruh anggota sekolah yaitu kepala sekolah, guru, siswa dan staf sekolah sesuai tugasnya masing-masing. Ada lima tahapan siklus yang harus dilaksanakan yaitu; Tahap pertama adalah memetakan mutu sekolah dengan berpedoman pada EDS, Tahap kedua adalah membuat perencanaan peningkatan mutu sekolah, Tahap ketiga adalah pelaksanaan program penjaminan mutu sekolah, Tahap Keempat adalalah monitoring dan evaluasi, dan Tahap kelima strategi peningkatan mutu sekolah.
Dalam pelaksanaannya, LPMP akan memberikan pendampingan kepada calon sekolah model yang telah dipilih sampai sekolah tersebut mampu melaksanakan siklus pemenuhan mutu pendidikan internal secara mandiri. Adapaun program pendampingan yang dilaksanakan LPMP terbagi kepada beberapa tahap antara lain, (1) Bimtek Sekolah Model, di tiap Kabupaten/Kota yang terpilih menjadi pilot projek SPMI, (2) Pendampingan Tahap 1, di sekolah model, (3) Pendampingan Tahap 2, di sekolah model, (4) Workshop Penyusunan Potret Sekolah, di LPMP Propinsi, dan (5) Ekspose Sekolah Model, di Kabupaten/Kota dilanjutkan di tingkat pusat. Puncak dari pendampingan program sekolah ini adalah ekspose/pameran yang dilaksanakan di tingkat Kabupaten/Kota dan dilanjutkan di tingkat pusat. Materi yang ditampilkan di ekspose sekolah model adalah; (1) Potret/Profil Sekolah Model, (2) Ordner (map) yang berisikan dokumentasi kegiatan sekolah dalam pelaksanaan 5 siklus SPMI mencakup dokumen tertulis dan foto-foto kegiatan, (3) Foto-foto kegiatan pelaksanaan SPMI di sekolah, (4) Slide show kegiatan SPMI, dan (5) Banner, Pamplet, Newsletter.
Dokumentasi
By: WIG
0 komentar:
Posting Komentar